• Welcome to PETROLAB Services
  • Working Hours : Mon - Fri : 8:00 - 17:00

Monthly Archives: September 2020

D100

D100 si Green Diesel, Bahan Bakar Masa Depan ?

Dalam rangka meningkatkan energi bersih, Pemerintah terus mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan guna mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
Setelah B30, pengembangan greenfuel diharapkan dapat menghasilkan D100 (green diesel) atau yang disebut solar hijau. Sebagaimana diterangkan bahwa D100 adalah berasal dari RBDPO (Refine, Bleached and Deodorized Palm Oil) yakni minyak sawit mentah yang diproses di kilang sehingga hilang getah, impurities dan baunya yang kemudian diolah dengan menggunakan katalis merah putih.

Sifat bahan bakar ini sama dengan solar dari minyak bumi. Karena itu D100 pun dapat dibuat campurannya, seperti B20-D25, artinya bahan bakar itu mengandung FAME 20%, green diesel 25% dan sisanya solar minyak bumi.

Dari hasil uji performance menunjukkan bahwa green diesel ini memiliki cetane number 79 dan ini relatif lebih tinggi dari FAME, sulfur content yang rendah, nilai kestabilan oksidasi yang baik, warna yang lebih jernih dan setelah di uji coba (uji performance) gas CO2 yang dilepaskan lebih sedikit dari B100 (FAME). FAME mengandung oksigen dan ikatannya rangkap sehingga masih mengandung air, sementara D100 lebih ramah lingkungan dan kandungan oksigennya kecil, sehingga tidak menimbulkan air.

Hadirnya produk green energy ini menjadi jawaban untuk menyediakan energi ramah lingkungan di Indonesia. Selain itu, kehadiran D100 akan membuat penyerapan produksi minyak kelapa sawit domestik menjadi lebih optimal.

Hanya saja dari segi ekonomi, D100 memerlukan investasi pembangunan kilang khusus sebagai bagian proses hydrotreating minyak nabati, teknologi lebih advance dari proses transesterifikasi biodiesel. Dan secara kebijakan juga memang belum ada kewajiban spesifik mengatur penggunaan D100 baik pada (public service obligation/PSO) atau minyak solar bersubsidi maupun tidak.

Kedepannya, perlu kajian lebih mendalam lagi baik dari sisi lingkungan, ekonomi, sosial maupun logistik terkait D100 ini demi tercapainya industri biofuel di Indonesia sebagai bahan bakar masa depan.

Sumber : Dari berbagai sumber
Leela | Marketing Manager | leela@petrolab.id

palm oil

Secercah Harapan dari CPO si Penghasil Minyak Nabati yang Mendunia

Crude Palm Oil atau yang biasa dikenal CPO sudah tidak asing lagi namanya di dunia kelapa sawit. CPO merupakan komoditas yang tetap potensial dan akan selalu dibutuhkan untuk konsumsi masyarakat dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen CPO terbesar di dunia. Pengembangan lahan 13-juta hektar sudah disiapkan dan turunan kelapa sawit sudah di aplikasikan sebagai salah satu sumber energi terbarukan yakni biodiesel yang merupakan sumber energi masa depan.

Berikut adalah beberapa keunggulan lain dari CPO :

  1. Produktivitas tinggi, yaitu 3.74 ton/ha/tahun dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yaitu minyak kedele yang 0.38 ton/ha/thn atau minyak bunga matahari yang 0.48 ton/ha/thn.
  2. CODEX Alimentarius Commission (http://www.codexalimentarius.org/) telah menerbitkan Standart for Named Vegetables Oil dimana minyak sawit mendominasi hampir 52% sebagai minyak nabati yang teraman.
  3. CPO memiliki potensi aplikasi yang sangat luas. Ada 163 produk yang dihasilkan oleh CPO dan turunannya. 82% memiliki kegunaan terhadap pangan.
  4. Minyak sawit memiliki dua fraksi utama : fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin). Olein digunakan sebagai bahan dasar minyak goreng atau pun campuran minyak kacang tanah. Sedangkan Stearin digunakan sebagai bahan pembuat mentega / margarin karena sifatnya yang padat pada suhu ruang. Di Eropa stearin digunakan secara umum sebagai bahan pembuat butter ataupun campuran keju dan pembuatan coklat.
  5. Minyak sawit merupakan sumber vitamin E spesial yang bermanfaat sebagai antioksidan, anti penuan dini, kesehatan kulit, kesuburan reproduksi, mencegah aterosklerosis, anti kanker dan meningkatkan imunitas.

Peran CPO dalam ekspor nasional juga sangat besar. Indonesia tidak bisa menutup mata terhadap besarnya potensi industri sawit sebagai motor perekonomian nasional. Sawit memiliki daya saing yang sangat mumpuni dibandingkan minyak nabati lain. Pemerintah terus berusaha mengegolkan CPO ke dalam golongan produk penopang pembangunan berkelanjutan, pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.

Semakin banyak produk turunan CPO yang dihasilkan, semakin besar pula nilai tambahnya bagi perekonomian nasional. Semoga!

Sumber : dari berbagai sumber
Leela | Marketing Manager | leela@petrolab.id

Open chat
Hello..

Name :
Company :
City/Country :

What can PETROLAB help meet your needs ?